Ernest Prakasa Kritik Erick Thohir Soal PSSI Pakai Teknologi AI

Ernest-Prakasa-Kritik-Erick-Thohir-Soal-PSSI-Pakai-Teknologi-AI

Ruangbacot – Beberapa waktu terakhir, jagat sepak bola Indonesia dihebohkan dengan kontroversi seputar keputusan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk merancang desain poster promosi mereka. Teknologi canggih ini digunakan untuk mendesain materi visual seperti poster pertandingan, acara, dan berbagai kegiatan promosi lainnya. Namun, keputusan tersebut memicu perdebatan sengit, terutama setelah komedian dan sutradara terkenal Ernest Prakasa melontarkan sindiran keras terhadap Menteri BUMN Erick Thohir, yang juga terlibat dalam kepengurusan PSSI.

Sindiran ini memunculkan pertanyaan besar tentang peran teknologi dalam dunia kreatif, terutama di industri olahraga yang sangat bergantung pada estetika visual untuk menarik perhatian publik. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai kontroversi ini, dari penggunaan AI di PSSI hingga komentar Ernest Prakasa yang menyentil Erick Thohir.

PSSI dan Penggunaan Teknologi AI untuk Desain Poster

Penggunaan teknologi AI dalam desain grafis bukanlah hal baru, dan semakin banyak perusahaan serta organisasi yang memanfaatkannya untuk berbagai keperluan. AI dapat mempercepat proses desain, menghasilkan karya yang menarik, dan meminimalkan biaya operasional. Namun, apa yang membuat penggunaan AI oleh PSSI berbeda adalah reaksi publik yang muncul setelah pengumuman tersebut.

PSSI, sebagai federasi sepak bola tertinggi di Indonesia, mengumumkan bahwa mereka telah menggandeng sebuah perusahaan teknologi untuk membantu merancang desain visual promosi mereka, termasuk poster-poster pertandingan dan acara terkait. Teknologi AI yang digunakan diklaim mampu menghasilkan desain-desain menarik dengan lebih efisien, namun beberapa pihak meragukan kualitas dan orisinalitas hasil karya yang dihasilkan oleh mesin, dibandingkan dengan desainer manusia yang lebih berpengalaman.

Sebagai salah satu orang yang sangat dekat dengan dunia olahraga Indonesia, Erick Thohir yang kini menjabat sebagai ketua umum PSSI tentu memiliki andil besar dalam keputusan ini. Namun, keputusan tersebut justru menuai kritik dan sindiran dari berbagai kalangan, termasuk dari sosok publik yang memiliki pengaruh di media sosial, seperti Ernest Prakasa.

Ernest Prakasa dan Sindirannya terhadap Erick Thohir

Ernest Prakasa, seorang komedian dan sutradara yang dikenal sering berkomentar tajam di media sosial, baru-baru ini melontarkan sindiran pedas terhadap Erick Thohir melalui akun Twitter-nya. Dalam cuitannya, Ernest menyentil penggunaan teknologi AI oleh PSSI dalam merancang desain poster, yang dianggapnya tidak masuk akal dan lebih mengarah pada penghematan biaya yang justru mengorbankan kualitas kreatif.

Cuitan Ernest berbunyi, “Mau jadi keren pakai teknologi canggih, tapi desain poster kok kayak hasil render AI ya? Erick Thohir, jangan gitu dong. PSSI bukan proyek startup doang,” yang langsung menarik perhatian banyak pihak. Cuitan tersebut menjadi viral, dengan banyak netizen yang setuju dengan pandangan Ernest bahwa desain kreatif, khususnya dalam konteks sepak bola, seharusnya melibatkan desainer manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya sepak bola yang lebih dalam.

Ernest, yang dikenal sebagai sosok yang peduli dengan kualitas karya seni dan kreativitas, tampaknya tidak terima dengan keputusan PSSI yang mengandalkan mesin untuk menghasilkan karya visual yang seharusnya penuh jiwa dan ekspresi. Kritik ini juga seolah menyoroti bagaimana teknologi seringkali digunakan untuk menekan biaya dan menghilangkan elemen manusiawi dalam sebuah karya seni.

Reaksi Erick Thohir dan PSSI terhadap Kritik

Erick Thohir, yang kini memimpin PSSI setelah sebelumnya dikenal sebagai pengusaha sukses di dunia olahraga, tampaknya tidak langsung merespons sindiran Ernest Prakasa. Namun, PSSI sendiri mengklaim bahwa penggunaan teknologi AI dalam desain poster mereka bukan berarti menyingkirkan peran desainer manusia. Menurut pernyataan resmi PSSI, AI digunakan sebagai alat bantu untuk mempercepat proses desain dan meningkatkan efisiensi, sementara sentuhan akhir dan keputusan kreatif tetap berada di tangan tim desainer.

PSSI juga menekankan bahwa penggunaan teknologi canggih ini bertujuan untuk membawa efisiensi dalam pengelolaan sumber daya dan memperkenalkan inovasi yang relevan dengan perkembangan zaman. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh kebutuhan PSSI untuk menghasilkan materi promosi yang menarik dan dapat bersaing di tingkat internasional.

Namun, kritik dari Ernest Prakasa menunjukkan bahwa meskipun teknologi dapat mempercepat dan mempermudah banyak hal, ada nilai artistik yang tak bisa digantikan oleh mesin. Desain visual dalam dunia sepak bola tidak hanya sekedar soal estetika, tetapi juga soal bagaimana desain tersebut dapat menggugah emosi dan semangat para penggemar sepak bola.

Teknologi AI: Manfaat atau Ancaman untuk Kreativitas?

Penggunaan teknologi AI dalam desain grafis dan berbagai bidang kreatif memang telah menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir. Banyak perusahaan besar yang telah mengadopsi AI untuk mempercepat pekerjaan desain dan mengurangi biaya produksi. Namun, adakah dampaknya terhadap kualitas karya yang dihasilkan? Inilah yang menjadi perdebatan.

AI memiliki kemampuan untuk menganalisis data dan pola, serta menghasilkan desain berdasarkan parameter yang ditentukan. Namun, AI masih kesulitan dalam menciptakan karya seni yang memiliki nuansa emosional atau yang dapat mengekspresikan nilai-nilai budaya tertentu dengan cara yang sama seperti seorang desainer manusia.

Di sisi lain, penggunaan AI dalam industri kreatif dapat membuka peluang baru untuk inovasi, terutama dalam hal efisiensi dan penghematan waktu. Namun, kritikus seperti Ernest Prakasa khawatir bahwa ketergantungan berlebihan pada teknologi ini dapat mengurangi kesempatan bagi desainer manusia untuk mengekspresikan kreativitas mereka, serta menurunkan kualitas estetika dari karya-karya visual yang dihasilkan.

Kesimpulan: Menggabungkan Teknologi dan Kreativitas

Kontroversi seputar penggunaan teknologi AI untuk desain poster PSSI ini menggambarkan betapa kompleksnya dunia kreativitas dan teknologi. Di satu sisi, teknologi AI menawarkan efisiensi dan inovasi, sementara di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa kualitas dan orisinalitas karya seni bisa terancam. Seperti yang disinggung oleh Ernest Prakasa, kreativitas manusia tetap memiliki tempat penting dalam dunia desain, bahkan di tengah kemajuan teknologi.

Meskipun keputusan PSSI untuk menggunakan AI dalam desain poster mungkin dipandang sebagai langkah inovatif, hal ini tetap memunculkan diskusi tentang bagaimana teknologi dapat berperan dalam dunia seni dan budaya. Bagaimana pun juga, dunia kreatif membutuhkan keseimbangan antara teknologi dan sentuhan manusia, agar hasilnya tidak hanya efisien, tetapi juga memiliki nilai artistik yang tinggi.

Kontroversi ini tentu akan terus berkembang, namun yang jelas, penggunaan AI di PSSI menjadi sebuah topik menarik untuk diperbincangkan, baik dari segi efisiensi maupun kualitas kreatif.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *